Saturday, January 5, 2013

Sosrodjojo - Teh Botol Sosro

Sekarang ini sangat mudah ditemukan merek minuman dalam botol, Teh Botol Sosro. Dengan tagline : “Apapun ...(makanannya), enaknya minum Teh Botol Sosro”, telah berhasil menjadi salah satu minuman paling dicari. Dari restoran sampai ke pedagang kaki lima. Namun tahukan anda? Keberhasilannya saat ini diperoleh setelah melalui proses yang tidak pendek.

MILESTONE
Ceritanya dimulai dari upaya Sosrodjojo untuk menyiasati penjualan hasil panen daun teh perkebunan sendiri yang terus merosot harganya di tahun 1940 di Slawi, Jawa Tengah. Pertama kali ia menjualnya dalam bentuk kemasan teh kering siap saji merek Teh Cap Botol. Namun ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Tetapi dari situ Sosrodjojo dan anak-anaknya justru menemukan ide penjualan yang lebih brilian, membotolkan teh!

Seperti yang terpasang dalam situs resmi Sosro menyebutkan ide pembotolan lahir dari beberapa kali kegagalan dalam mempromosikan teh itu ketika melakukan ekspansi penjualan ke Jakarta oleh anak-anak Sosrodjojo pada 1953. Sosrodjojo mewariskan perkebunan dan pabrik teh itu kepada empat anaknya; Soetjipto, Soegiharto, Soemarsono (alm) dan Surjanto.

Awalnya promosi yang dipimpin oleh Soetjipto dilakukan dengan melakukan demo menyeduh teh yang benar dan membagikan minuman teh secara gratis di pusat-pusat keramaian. Menghadapi kendala-kendala yang ada di lapangan, teknik promosi mengalami beberapa modifikasi. Merebus air dan menyeduh teh di lokasi diganti dengan menyiapkannya di kantor dan menampungnya dalam panci sebelum dibagi-bagikan. Kemudian berkembang dengan metode memasukkan teh siap minum itu dalam botol-botol bekas limun yang telah dibersihkan terlebih dahulu. Cara ini cukup sukses dan promosi dijalankan beberapa tahun tanpa menyadari ada potensi besar di balik pembotolan itu. Pada tahun 1969, keluarga Sosrodjojo memulai penjualan teh siap minum dalam kemasan botol.

STRATEGI
Kedekatan dengan para pedagang kaki lima justru amat menentukan kesuksesan Teh Botol Sosro. Salah satu terobosan besar baru dimulai pada 1981 ketika mereka membagi-bagikan kotak pendingin (cooler box) di atas roda dorong kepada pengecer, mulai dari perempatan Coca-Cola ( sekarang ITC Cempaka Mas), sampai kawasan Pasar Senen. Teh yang dingin semakin menonjolkan kesegaran Teh Botol Sosro di tengah udara Jakarta yang panas. Hubungan manis antara penjual yang diberi margin keuntungan tinggi itu pada mulanya sebagai kompensasi setelah toko-toko besar masih mengganggap aneh minuman teh dalam botol.

Pada tahun 1984, Sosro bisa menjual 40.000 krat teh botol dan kardus setiap bulannya. Mereka menguasai 80% pasaran minuman sejenis dan menyisakan 20% lainnya bagi 11 merek saingan. Pangsa pasar Sosro nyaris tidak berubah, meski dikepung oleh merek-merek teh yang disokong perusahaan global legendaris, terutama Coca Cola dan Pepsi.

Kekaisaran bisnis Sosrodjojo, yang kini masuk generasi ketiga, kuat, dengan taksiran aset lebih dari Rp 10 Triliun. Sejak berdiri, kepemilikan perusahaan tidak pernah keluar dari lingkaran empat putra Sosrodjojo. Bahkan ketika ahli waris Soemarsono dan keluarga Surjanto melepas saham pada 1989 dan 1992, mereka hanya menjual kepada Soegiharto yang di masa tuanya menikmati 11,7% saham Sinar Sosro. Kini hanya dua putra Sosrodjojo yang menguasai Sosro, yakni Soegiharti bersama istri serta lima putranya dan Soetjipto bersama dua putranya.

*disarikan dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment